Selasa, 05 Januari 2010

ILMU SOSIAL DASAR – ARTIKEL BATIK MASALAH DAN MASA DEPAN

Batik Masalah dan Masa Depan

Dengan perkembangan perekonomian sekarang ini, maka masalah yang paling menonjol adalah masalah pendanaan. Kenaikan harga BBM dan kebutuhan pokok akan mendongkrak harga barang-barang lainnya. Pengrajin batik sudah tentu tidak termasuk mereka yang akan menerima BLT Plus. Dengan meningkatnya pengeluaran untuk kebutuhan pokok, tidak dapat dipungkiri lagi akan mengakibatkan menurunnya ketersediaan dana untuk modal usaha. Pemerintah baru saja meluncurkan program KUR Kredit Usaha Mikro, yang ditujukan untuk pengusaha mikro dengan pagu pinjaman sebesar Rp 5 juta, sebagai perluasan dari KUR sebelumnya dengan pagu kredit maksimum Rp 500 juta. Program KUR yang pertama dikaitkan dengan meningkatnya harga kedelai di pasar lokal, dan penyaluran kreditnya akan difokuskan pada beberapa sektor usaha, yakni pertanian, kelautan, koperasi, kehutanan, perindustrian, dan perdagangan. KUR merupakan kredit KUKM yang dijamin oleh pemerintah sebesar 70% dan oleh perbankan 30 %, dengan bunga maksimum 16% per tahun, dan tidak diperlukan agunan, karena hanya dilihat dari kelayakan usahanya saja.
Stagnasi dalam pengadaan permesinan dalam industri TPT sejak tahun 1990an, mengakibatkan kwalitas dan produktivitas industri TPT kita menjadi kalah bersaing di pasar global, maupun pasar dalam negeri. Pemerintah sudah meluncurkan program baru yang disebut Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri TPT. Ada dua Skim yang ditawarkan. Skim I, bagi mereka yang telah membeli mesin-mesin baru dengan dana perbankan, bisa segera mengajukan kepada Pemerintah untuk mengikuti program ini, dan mendapatkan penggantian (reimbursement) dari pemerintah sebesar 10% dengan plafon maksimum Rp 5 milyar. Kalau mesin baru tersebut hasil produksi dalam negeri, maka tingkat penggantiannya menjadi 15%. Skim II, adalah pinjaman dengan suku bunga rendah yaitu 7%/tahun, dengan masa pinjaman maksimum 5 tahun. Pola ini lebih menguntungkan bagi pengusaha, karena porsi pengusaha (self-financing) hanya 20%, 70% porsi Departemen Perindustrian, dan LPP sebesar 10%. Skim II ini dilaksanakan dengan besaran antara Rp 100 juta sampai Rp 5 milyar. Selama ini dengan program restrukturisasi mesin/peralatan, telah terjadi peningkatan kapasitas produksi 10-15%, peningkatan produktivitas 16-25%, dan effisiensi penggunaan energi 6-18%.
Industri batik, seyogyanya dapat mempelajari pemanfaatan kedua program tersebut agar bisa mengatasi kendala permodalan dan pembaruan permesinan. Sekarang dan masa mendatang Brand, Standards and Quality telah dan akan menjadi ciri utama globalisasi yang berlaku dimana saja. Dalam menghadapi persaingan global ini, mau tidak mau industri batik harus memperhatikan ketiga hal tersebut diatas. Pengamanan supply bahan atau supply chain harus menjadi perhatian, agar tidak terjadi stagnasi dalam proses produksi. Sedang dalam menghadapi pesaing utama dalam TPT, yaitu China, maka rasionalisasi biaya produksi dengan berbagai inovasi (cost innovation) perlu dilakukan. Dan akhirnya batik sebagai produk kerajinan tradisional dan budaya, menghadapi pesaing utama dan yang terbesar, ialah kita sendiri.

Diperoleh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Batik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Template Design By:
SkinCorner